Insiden Lumpur di Grasberg, Freeport Hentikan Operasi dan Proyeksikan Produksi Turun 35%

Insiden Lumpur di Grasberg, Freeport Hentikan Operasi dan Proyeksikan Produksi Turun 35%

Perusahaan tambang asal AS, Freeport-McMoRan (FCX), resmi menyatakan force majeure di tambang Grasberg, Papua, pada Rabu (24/9/2025).--Dok. PTFI

PAPUA.DISWAY.ID - Perusahaan tambang asal Amerika Serikat, Freeport-McMoRan (FCX), resmi menyatakan kondisi force majeure di tambang Grasberg, Papua, Indonesia, pada Rabu (24/9/2025). Keputusan ini membuat proyeksi penjualan tembaga dan emas terkonsolidasi kuartal ketiga diperkirakan turun, dan saham Freeport langsung anjlok 10,4%.

Pengumuman tersebut terkait insiden aliran lumpur atau material basah yang terjadi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) pada Senin (8/9/2025). Dalam peristiwa itu, tujuh pekerja terjebak di lokasi tambang setelah akses ke area tertentu tertutup material basah.

Freeport Indonesia pun menghentikan sementara operasi dan memusatkan sumber daya untuk melakukan evakuasi. Hingga Sabtu (20/9), dua pekerja yang hilang ditemukan meninggal dunia, sementara lima orang lainnya masih dalam pencarian.

BACA JUGA:Kontak Tembak Hambat Evakuasi Korban Tewas Serangan KKB di Papua

Mengutip Reuters (25/9), Freeport memproyeksikan operasi Grasberg baru bisa berjalan kembali secara bertahap pada paruh pertama 2026. Bahkan, produksi di unit operasi Indonesia diperkirakan turun hingga 35% pada 2026.

“Kami tidak terkejut dengan revisi panduan ini, namun pemangkasan kali ini lebih besar dari perkiraan kami,” kata analis Jefferies, dikutip Reuters. Ia menambahkan, gangguan tersebut akan memperketat pasar tembaga global, meski di sisi lain bisa memberi keuntungan bagi operasi Freeport di Amerika.

Freeport memperkirakan penjualan konsolidasi tembaga dan emas kuartal ketiga akan lebih rendah masing-masing sekitar 4% dan 6%, dibanding proyeksi awal sebesar 1 miliar pon tembaga dan 350 ribu ons emas.

BACA JUGA:Polda Papua Bongkar Korupsi Dana Desa Lanny Jaya Rp168 Miliar, 9 Tersangka Dijerat Tipikor

Dampak insiden ini juga membuat harga tembaga di London Metal Exchange melonjak lebih dari 3% ke level tertinggi dalam 15 bulan terakhir.

Sementara itu, Goldman Sachs memangkas proyeksi pasokan tambang tembaga global untuk 2025 dan 2026. Gangguan di Grasberg diperkirakan membuat pasokan hilang hingga 525.000 ton, dengan produksi Grasberg turun 250.000–260.000 ton pada 2025 dan 270.000 ton pada 2026.

Produksi kuartal IV 2025 diprediksi sangat rendah karena area tambang yang tidak terdampak baru bisa beroperasi pertengahan kuartal dengan kapasitas hanya 30–40% per tahun. Sisa area baru diperkirakan pulih penuh pada 2026.

BACA JUGA:Jaga Energi di Papua Pegunungan, BBM Hadir di Distrik Kanggime & Distrik Balingga

Goldman Sachs juga memangkas proyeksi pertumbuhan produksi tambang global 2025 menjadi hanya 0,2% (dari 0,8%), sementara 2026 diturunkan menjadi 1,9% (dari 2,2%). Neraca tembaga global pun berubah dari surplus 105.000 ton menjadi defisit 55.500 ton pada 2025.

Sumber: