Melirik Peran Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah pada Praktik Perbankan Universal

Oleh: Agreeardi Healmy Allidea, Hayati
PAPUA, DISWAY.ID - Maguindanao University - Mindanao State University Maguindanao menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang membahas tentang penawaran program studi diploma pascasarjana di bidang keuangan dan perbankan Islam. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring melalui platform Microsoft Teams.
Kegiatan ini dihadiri oleh para pakar di bidang keuangan syariah dan pendidikan tinggi, antara lain Dr. Sutan Emir Hidayat (Direktur Infrastruktur Ekosistem syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan syariah), Marissa N. Parcon, EdD (Wakil Rektor Bidang Akademik Mindanao State University), Prof. Madya Dr. Selamah Maamor (Dekan Islamic Business School Universiti Utara Malaysia), Prof. Datin Dr. Rusni Hassan (Dekan Institute of Islamic Banking and Finance International Islamic University Malaysia), Marina Mardi (Konsultan Keuangan Islam World Bank dan mantan Asisten Wakil Presiden Khazanah Nasional Malaysia), serta Muhammad Aiman Salmi, CSAA (Direktur TAWAFUQ Consultancy dan Ketua Dewan Penasihat syariah AL Amanah Islamic Investment Bank Filipina).
Melalui paparannya, Dr. Sutan Emir Hidayat, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menekankan mengenai pentingnya pembentukan kurikulum yang berfokus pada integrasi antara prinsip keuangan Islam dengan praktik perbankan universal.
Pendekatan Outcome-Based Education (OBE), yang berfokus pada pencapaian Graduate Learning Outcomes (GLOs) atau di Indonesia dikenal dengan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), menentukan kompetensi lulusan sejak awal–meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap–setiap mata kuliah dirancang untuk berkontribusi secara terarah terhadap profil lulusan yang diharapkan.
Dr. Sutan Emir Hidayat juga menjelaskan tentang salah satu tantangan utama dalam industri keuangan Islam, yakni pengembangan SDM. Menurut penelitian yang dilaukan oleh Rifqi Muhammad dan Peni Nugraheni pada tahun 2022, di Indonesia, industri membutuhkan sekitar sebelas ribu pekerja yang terlatih setiap tahun, tetapi saat ini lulusan universitas yang tersedia hanya empat ribu lulusan.
Hal ini memaksa perusahaan merekrut bankir konvensional dan melatih ulang mereka. Hal tersebut merupakan solusi sementara yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang relevan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan ini.
Selain pengembangan kurikulum, penelitian juga memainkan peran sentral dalam kurikulum ini. Dengan mengintegrasikan proyek capstone, kolaborasi industri, dan studi kasus nyata, mahasiswa tidak hanya menguasai teori tetapi juga berkontribusi pada inovasi industri.
Dengan demikian, kurikulum tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan berkelanjutan industri keuangan Islam.
Kolaborasi antara akademisi, regulator, dan industri, serta adaptasi terhadap perubahan zaman, akan menentukan relevansi dan keberhasilan program ini di masa depan.
Sumber: