PAPUA.DISWAY.ID - Banyak pasangan menganggap pertengkaran kecil atau kebiasaan sepele tidak akan memengaruhi hubungan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa gestur sederhana yang terabaikan justru bisa perlahan merusak pernikahan tanpa disadari.
Penelitian yang dilakukan Dr. John Gottman dari The Gottman Institute menemukan bahwa perilaku bernada penghinaan—seperti mendengus, memutar mata, atau berbicara sinis—merupakan indikator terkuat menuju perceraian. Mengutip YourTango, Senin (3/11/2025), riset selama 40 tahun terhadap ribuan pasangan ini menyimpulkan bahwa kebiasaan tersebut merupakan “racun” dalam hubungan.
Gestur seperti sarkasme, ejekan, hingga ucapan “terserah” dapat mengirim pesan bahwa pasangan tidak lagi dihargai. Jika terus dibiarkan, fondasi pernikahan dapat runtuh bukan oleh konflik besar, melainkan oleh kebiasaan kecil yang diabaikan.
Empat Tanda Bahaya dalam Pernikahan
Dalam temuannya, Dr. Gottman memperkenalkan konsep “Four Horsemen of the Apocalypse” atau empat tanda yang dapat memprediksi kehancuran hubungan:
- Kritik
- Defensif
- Stonewalling (menghindar)
- Penghinaan (contempt) — yang paling berbahaya
Gottman menjelaskan bahwa ekspresi seperti memutar mata, menirukan pasangan, atau mengejek bukan sekadar perilaku tidak sopan. Sikap tersebut menyampaikan rasa jijik dan superioritas, membuat pasangan merasa diremehkan, hingga akhirnya kehilangan rasa hormat.
Ketika penghinaan muncul, komunikasi menjadi mustahil berkembang.
“Terserahlah”, Kata Sepele yang Menyakiti
Ucapan “terserahlah” sering dianggap netral, tetapi sebenarnya merupakan bentuk penolakan halus. Kalimat pendek ini memberi kesan bahwa pendapat pasangan tidak lagi penting.
Saat kebutuhan untuk didengar tidak terpenuhi, hubungan akan terasa hampa, dan jarak emosional pun muncul.
Bahaya Sarkasme dan Ejekan
Humor sinis yang terlihat ringan juga bisa berdampak buruk. Menurut peneliti Ellie Lisitsa dari The Gottman Institute, sarkasme dalam hubungan merupakan bentuk serangan dari posisi superior.
Tak hanya memengaruhi mental, dampaknya bahkan bisa bersifat fisik.
Gottman menemukan pasangan yang kerap saling menghina lebih rentan terhadap penyakit seperti flu dan infeksi akibat stres berkepanjangan.
Bahasa Tubuh Juga Berperan Besar
Selain kata-kata, bahasa tubuh bisa menjadi pemicu retaknya hubungan.
Menurut pelatih pengembangan diri Moira Hutchinson, isyarat seperti:
- menyilangkan tangan,
- menjauh secara fisik,
- menghindari kontak mata,
dapat menandakan kejengkelan, kebosanan, atau hilangnya rasa percaya.
Jika dilakukan terus-menerus, pasangan akan merasa diabaikan dan tidak dicintai.
Kesimpulan
Fondasi pernikahan tidak hanya dibangun dari cinta, tetapi juga rasa hormat dan komunikasi yang sehat.
Mengabaikan hal-hal kecil—nada bicara, respons, sikap tubuh—bisa menjadi awal dari kehancuran rumah tangga.
Setiap pasangan perlu belajar menyampaikan ketidakpuasan tanpa merendahkan, dan menanggapi perbedaan tanpa sarkasme.
Karena pada akhirnya, bukan badai besar yang menghancurkan kapal, melainkan ombak kecil yang terus mengenai tanpa henti.